Tampilkan postingan dengan label seks bebas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label seks bebas. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 Februari 2015

Katakan Tidak untuk Valentine ( Say No For Valentine Day )

Perayaan hari valentine atau yang biasa dikaburkan dengan makna hari kasih sayang sepertinya sudah menginfiltrasi kehidupan masyarakat. Mulai dari tayangan televisi yang mengemas sedemikian rupa sehingga terlihat elok nan cantik hari valentine, termasuk gencarnya media masa memoles berita vaklentine day laksana media darling.

Namun, tahukan sobat apa itu hari valentine itu sebenarnya, menurut sumber kami di http://remajaislam.com/401-sejarah-kelam-hari-valentine , hari valentine sejatinya berasal dari peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan serigala.

Tidak berhenti sampai disini saja, ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma Adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut satu versi Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)

Dari catatan sejarah diatas jelas bahwasanya hari valentine tidaklah identik dengan hari kasih sayang, dan hari valentine lebih identik dengan hari perayaan atas satu agama (Katolik) atau perayaan penganut Paganisme (Lupercalia) . Saya pribadi yakin bahwa tidak semua penganut agama lain diluar islam akan setuju jikalau hari raya Iedul Fitri dirubah maknanya menjadi hari perayaan semua umat manusia dengan judul Hari Kasih Sayang Keluarga. Oleh karena itu dikarenakan : 
  1. Hari valentine tidak identik dengan hari kasih sayang.
  2. Hari valentine lebih identik kepada prosesi upacara keagamaan dan bukan perayaan yang umum dilakukan oleh semua penganut agama semisal hari buruh, hari kemerdekaan dan hari pahlawan.
  3. Kasih sayang tidak perlu diperingati setahun sekali karena sejatinya kasih sayang itu diperingati dan dilaksanakan setiap hari.
  4. Budaya konsumerisme akan menjadi efek lain dari merebaknya peringatan hari valentine, karena bisa dipastikan akan terjadi peningkatan konsumsi atas sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dikeluarkan misalnya pesta-pesta, tukar kado dll.
  5. Budaya seks bebas akan menjadi momok berikutnya ketika hari valentine sudah membudaya. Kasih sayang yang diintepretasikan secara bebas akan mendorong sepasang kekasih untuk terjerumus kedalam perilaku seks bebas
 Perlu kiranya disikapi dengan hati-hati, terutama dalam memaknai itulah kunci kita dalam menentukan baik buruknya sebuah perayaan. Untuk Valentine Day's saya mengajak semua rekan untuk tidak merayakannya karena sudah jauh diluar konteks dan bahaya negatif sebagai efek sampingnya juga cukup mengkhawatirkan ... Say No For Valentine Day's


Rabu, 20 Juni 2012

Gebrakan Menteri Kesehatan yang Aneh ?


Menyadur berita dari Eramuslim : Gebrakan MenKes Baru : Bagi-Bagi Kondom untuk Remaja ?
sebuah gebrakan yang salah kaprah dan multi tafsir karena mudharatnya adalah kampanye seks bebas (aman) bagi remaja
Editor | Jumat, 15 Juni 2012 - 10:29:09 WIB | dibaca: 9914 pembaca
Gebrakan Menkes Baru: Bagi-Bagi Kondom untuk Remaja?
Eramuslim.com | Media Islam Rujukan,Menkes yang baru sudah resmi dilantik oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Masa kerjanya memang tak lama, hanya 2,5 tahun. Namun bukan berarti masa bakti yang singkat itu menghalangi Menkes untuk membuat suatu perubahan yang signifikan demi tercapainya kondisi kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Dalam jumpa pers yang digelar di Ruang Leimena kantor Kementerian Kesehatan, Kamis (14/6/2012) kemarin, Menkes memang masih belum dapat mengemukakan program-program kerja seperti apa yang akan dilaksanakan secara konkrit.

"Saya sudah menandatangani kontrak kinerja dengan presiden. Yang bagus adalah, di dalam kontrak kinerja ada targetnya, misalnya memastikan pencapaian target kemenkes 2014. Jadi, saya bersama teman di kemenkes tinggal memonitor program-program yang ada agar selesai sesuai target yang ditetapkan bersama. Saya tidak bikin target baru dalam kontrak kinerja yang juga sudah ditandatangani Bu Endang (Alm.) ini," kata Menkes.

Rencananya, Menkes bersama jajaran mulai besok pagi akan membahas secara intensif tantangan apa yang akan dihadapi oleh Kementerian Kesehatan untuk beberapa tahun mendatang. Namun secara eksternal, Menkes mengaku tantangannya adalah wilayah Indonesia yang sangat luas dan memiliki masalah kesehatan yang berbeda-beda.

"Untuk pastinya, silakan tanya saya lagi satu bulan dari sekarang," demikian kata Menkes.

Disindir mengenai permasalahan HIV/AIDS yang telah menjadi isu yang akrab ditangani selama beberapa tahun terakhir, Menkes yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional ini berharap dapat melakukan gebrakan. Yaitu mengusulkan agar remaja dipermudah aksesnya untuk mendapat kondom.

"Kita berharap bisa meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan reproduksi untuk remaja. Dalam Undang-Undang, yang belum menikah tidak boleh diberi kontrasepsi. Namun kami menganlisis data dan itu ternyata berbahaya jika tidak melihat kenyataan. Sebanyak 2,3 juta remaja melakukan aborsi setiap tahunnya menurut data dari BKKBN," kata Menkes.

Menkes melihat, angka sebanyak itu menunjukkan bahwa banyak remaja mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Ia menegaskan, Undang-Undang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak yang dikandung sampai dilahirkan harus diberikan haknya sesuai UU Perlindungan Anak. Maka, mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom diharapkan dapat menekan angka aborsi dan kehamilan yang tak diinginkan.

Tentu saja hal ini mungkin akan mendapat pertentangan dari kelompok-kelompok tertentu yang menganggap pemberian kondom kepada remaja dapat memicu seks bebas. Tapi Menkes berpendapat, jika pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi sudah cukup baik, tidak perlu ada kekhawatiran idenya ini akan memicu seks bebas.

"Kita akan membahas bagaimana hak-hak anak dalam kandungan ini dapat terpenuhi. Kampanye kondom difokuskan untuk seks yang berisiko. Untuk mempercepat pencapaian goal MDGs, maka kampanye kondom merupakan suatu kewajiban. Setiap hubungan seks yang berisiko menularkan penyakit atau kehamilan yang tak diinginkan adalah hubungan seks yang berisiko," tegas Menkes.(fq/detik)
Google